Bulan September 2012, pertumbuhan ekspor Cina mencapai 9,9%, melompat jauh dari angka pertumbuhan 2,7% sepanjang Agustus.
Angka itu lebih tinggi dari prakiraan awal para pengamat, yang hanya mencapai sekitar 5%. Sementara impor yang selama tiga bulan berturut-turut mengalamai penurunan, juga meningkat 2,4% pada September.
Ini merupakan berita baik di tengah krisis ekonomi global yang masih membayang-bayangi walau Bank Dunia sudah menurunkan pertumbuhan ekonomi Cina untuk tahun 2012, dari 8,2% menjadi 7,7%.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 1,3 miliar dan produk domestik bruto GDP pada peringkat dua di bawah Amerika Serikat, jelas jika perekonomian Cina merupakan kepentingan bagi seluruh dunia.
"Kalaupun Amerika Serikat masih nomor satu secara GDP, diperkirakan pada tahun 2018 atau 2020, Cina sudah menjadi nomor satu," tutur Dr. Umar Juoro, peneliti di Centre for Infomation and Development Studies, CIDES, dan anggota Komite Ekonomi Nasional kepada BBC Indonesia.
Pada saat bersamaan, Amerika Serikat semakin mendekati batas utangya sebesar US$14.3 triliun dengan kecenderungan perbandingan antara GDP dengan utang yang terus menyempit sejak tahun 2005.
Amerika Serikat memang sedang berjuang untuk membayar utangnya -yang berawal dari sejak pemerintahan Bush dan berlanjut hingga ke masa Obama.
Masalah dalam negeri
Tapi apakah Cina kelak akan menggeser Amerika Serikat sebagai kekuatan ekonomi yang paling berpengaruh di dunia?
"Dan pasar dunia yang dikuasai Cina sudah mulai melakukan proteksi-proteksi, jadi menurut saya Cina dalam beberapa waktu mendatang akan menghadapi problem dengan pasar yang akan makin menurun."
Dr Aviliani
Dr. Aviliani -pengamat ekonomi dari The Institute for Development of Economics and Finance, INDEF- kepada BBC Indonesia masih meragukannya walau memang saat ini perekenomian dunia bisa disebut sebagai era Asia, antara lain karena jumlah penduduknya yang besar.
"Demografi Asia memang masih mempunyai jaminan untuk tingkat konsumsi yang tinggi, terutama Cina. Kalau kita lihat Cina pertama menguasai pasar dan kedua menguasai ekspor barang-barang, juga menguasai devisa dunia."
"Namun Cina yang masih tertutup relatif tidak mudah juga untuk mengambil posisi penguasa ekonomi dunia karena jika Cina ingin mengambil posisi itu maka berarti dia harus terbuka," tambahnya.
Salah satu yang harus ditempuh Cina, tambah Aviliani, jika ingin menjadi penguasa ekonomi dunia adalah dengan membuka perekonomian dalam negerinya dan itu relatif masih akan sulit dilakukan oleh pemerintah Beijing.
"Apabila dia melakukan perubahan ekonomi maka mata uang Cina tidak seperti sekarang dalam keadaan stabil tapi bisa berfluktuasi."
Cina memang sudah mulai melepas mata uangnya Yuan untuk mengambang dalam batas tertentu jadi masih tetap dikendalikan dan ini dikritik dari Amerika Serikat karena rendahnya nilai Yuan membuat produk Cina menjadi lebih kompetitif untuk diekspor ke seluruh dunia.
Keseimbangan baru
Saat ini Cina mulai mengembangkan jaring ekonominya ke berbagai wilayah, antara lain di Afrika dan Asia Tenggara, dengan investasi untuk proyek prasarana dan sumber daya mineral -yang amat mereka butuhkan- maupun dengan ekspor produk-produknya.
Menurut Dr Aviliani, itu masih belum cukup untuk menempatkan Cina sebagai adi daya ekonomi dunia yang baru.
"Dia menguasai pasar dunia hampir 70% produknya diekspor ke dunia, jadi memang penguasaan pasar ekspor. Tapi untuk pasarnya, tidak semua barang bisa masuk ke Cina karena mereka memilih-milih."
"Tapi Cina juga akan mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan karena ekspor yang besar ke Eropa dan Amerika Serikat, dan jika pasar itu turun maka juga akan terkena dampak."
"Dan pasar dunia yang dikuasai Cina sudah mulai melakukan proteksi-proteksi, jadi menurut saya Cina dalam beberapa waktu mendatang akan menghadapi problem dengan pasar yang akan makin menurun."
Dalam pandangan Dr Aviliani, kehadiran kuat Cina dalam perekonomian dunia belum sampai menyebabkan peralihan posisi adidaya namun keseimbangan baru.
"Selama ini bea masuk untuk ekspor biji coklat memang nol, namun kalau kita olah dulu di Indonesia dan kita ekspor ke Amerika Serikat dikenakan biaya masuk."
Piter Jasman
"Jadi keseimbangan baru yang akan terjadi sedang penguasaan Cina atas ekonomi dunia nampaknya belum terjadi saat ini," tutur Aviliani.
Pasar ekspor
Walaupun pengaruh ekonomi Amerika Serikat di dunia berkurang, jelas tetap menempatkan Amerika Serikat sebagai perekenomian penting.
"Yang kita harapkan ekonomi Amerika Serikat itu terus berkembang walau tidak bisa sangat besar karena ekonominya sudah matured. Kalau Amerika mengalami krisis, negara-negara lain lain -terutama Cina- akan menjadi masalah" jelas Dr Umar Juoro.
Dan Amerika Serikat uga merupakan salah satu pasar tujuan produk-produk Indnesia. Di tengah-tengah melambannya perekonomian Amerika Serikat, misalnya, negara itu masih menyerap cokelat asal Indonesia.
"Walau sedang krisis, ekspor makanan termasuk cokelat ke Amerika Serikat tidak terganggu. Malah ekspor Indonesia meningkat 2% per tahunnya," tutur Piter Jasman, Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia, AIKI.
Jasman menambahkan ekspor itu diharapkan meningkat terus di masa mendatang, atau paling tidak bisa bertahan pada tingkat saat ini, sekitar 120.000 ton per tahun.
Di tengah-tengah pemilihan presiden Amerika Serikat, Jasman berharap agar bea masuk untuk cokelat olahan ditidakan di masa pemerintahan berikut nanti.
"Selama ini bea masuk untuk ekspor biji cokelat memang nol, namun kalau kita olah dulu di Indonesia dan kita ekspor ke Amerika Serikat dikenakan biaya masuk. Ini merupakan satu hambatan dan kalau bisa cokelat olahan itu juga tidak dikenakan biaya masuk."
Saat ini, bea masuk untuk cokelat olahan sekitar 5% dan mulai tahun 2012 ekspor cokleat Indonesia merupakan cokelat olahan, meningkat dari 50% ada tahun sebelumnya.
No comments:
Post a Comment