ILMU PENGETAUAN DAN BUDAYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Ada beberapa masyarakat yang membentuk suatu kebudayaan buruk di lingkungan atau di dearahnya, karena beberapa masyarakat yang kurang peduli akan keadaan dan situasi lingkungannya. Hal ini menyebabkan timbulnya sebuah konflik yang ada di lingkungan sekitar seperti pertengkaran antar tetangga atau peperangan antar daerah yang menimbulkan perpecahan darah antara satu sama lainnya, dan tidak peduli dengan anak sendiri yang tidak melihat bagaimana perkembangan anaknya hingga tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral dan tidak patut di contoh untuk anak seusianya. Hal seperti ini juga dikarenakan sifat orang tua yang keras tidak memandang anaknya hingga nantinya anak tersebut akan mencontoh sifat dan karakter orang tuanya, karena hal tersebut di nilai baik. Saat ini marak sekali terjadinya berbagai perpecahan khususnya antara pelajar, hal tersebut di karenakan tumbuhnya suatu kebudayaan yang buruk di dalam lingkungannya.
Wacana dan praksis kebudayaan berpolemik pada sebuah pertanyaan aksiologis, yaitu bagaimana kemudian kebudayaan membangun, membentuk, memandu atau mempertahankan umat manusia di masa mendatang. Apakah kebudayaan membawa pada kebahagiaan atau kehancuran, kebaikan atau keburukan? Di sini, peran ilmu pengetahuan (dan teknologi) sangat sentral dalam membangun masa depan manusia itu sendiri, karena melalui ilmu pengetahuan manusia dapat mencapai ’kemajuan budaya’ (cultural progress) atau sebaliknya ’kehancuran budaya’ (cultural catasthrope).
Karenya, memperbincangkan relasi antara kebudayaan dan ilmu pengetahuan merupakan sebuah upaya yang sangat vital, di dalam dunia yang tampak kian kacau ini.
B.       Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Manusia dan skema kebudayaan.
2.         Pola – pola keberbudayaan dan kedudukan dalam pengembangan ilmu.
3.         Peran ilmu terhadap pengembangan kebudayaan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manusia dan Skema Kebudayaan.
Ada banyak alasan mengapa bisa dikatakan manusia itu tidak bisa dilepaskan dari suatu kebudayaan atau manusia itu selalu dihubungkan dengan kebudayaan, dan hampir setiap aktifitas yang dilakukan manusia adalah sebuah kebudayaan. Dari sehari-hari mereka melakukan berbagai rutinitas yang sama disuatu tempat kerja, sekolah, kampus, dsb. Serta dalam berbagai kebudayaan yang dilakukan pada setiap manusia dapat menerapkan suatu budaya untuk taat pada aturan yang telah ditetapkan  pada suatu tempat.
Walaupun pada awalnya ada beberapa peraturan yang dibuat untuk dipatuhi oleh manusia karena banyaknya suatu tingkah laku manusia yang tidak layak untuk dilihat atau dicontoh oleh masyarakat yang berada disekitar.  Ada pun yang diungkapkan dari para ahli antropolog yang menyatakan bahwa kebudayaan itu justru merupakan “alam manusia” dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalamannya sendiri, menterjamahkan penyusunan ini secara simbolis berkat kemampuan berbicara dan mengajar paham tersebut kepada manusian lainnya. Karena manusia mendapati kebudayaan lewat proses belajar enkulturisasi dan sosialisasi, dan dari kecil sudah mengetahui apa - apa saja yang dilakukan oleh orang tuanya dalam kegiatan sehari-hari, jadi manusia akan terbiasa dengan apa yang di lihatnya dan melakukannya secara berulang - ulang. Orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda, mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara atau mendapatkan dari lingkungan dan pergaulan sekitar (non-genetik), sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda. Teori antropologi terutama berasal dari kesadaran dan minat masyarakat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat atau keadaan yang berbeda) yang terdapat di suatu daerah tertentu atau dearah lainnya.
1.      Cara pandang Manusia terhadap suatu Kebudayaan
Manusia memiliki cara pandang yang berbeda sesuai dengan apa yang mereka dapat dari kebudayaan masing-masing, yang dimaksud dengan kebudayaan masing-masing itu berdasarkan asal tempat tinggal mereka, kepercayaan mereka, pandangan politik yang mereka pelajari. Sehingga tidak semua manusia itu sama dari cara berfikir mereka, maka dari itu manusia memiliki tingkah laku yang berbeda dan gaya hidup yang berbeda pula, karena manusia terbagi atas berbagai suku yang tersebar di berbagai belahan dunia dan khususnya di Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak kebudayaan.
Saat ini banyak berbagai peran manusia yang digunakan untuk mencerminkan kepribadian masing-masing, ada yang positif ada pula yang negatif, hal itu dapat di peroleh manusia dengan cara bagaimana mereka dapat menilai suatu yang baik dan buruk dan menganbil suatu keputusan yang tepat dalam memilih suatu tindakan yang akan di kerjakan nantinya. Seperti sekarang banyak kasus yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri, ada yang bernilai positif dan negatif itu tergantung bagaimana cara masyarakat membentuk suatu kebudayaan masing-masing. Sebagai contohnya banyak masyarakat melakukan suatu kegiatan positif pada setiap minggu di daerah sekitar rumahnya dengan cara melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan untuk kepentingan bersama-sama, hal tersebut di katakan sebagai kebudayaan karena sudah menjadi rutinitas mereka pada setiap pecan untuk berjanji membuat suatu kegiatan dan membuat suatu tata tertib dalam lingkungannya.
  1. Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Secara sederhana hubungan antara manusia dengan kebudayaan ketika manusia sebagai perilaku kebudayaan,dan kebudayaan tersebut merupakan objek yang dilaksanakan sehari-hari oleh manusia
Di dunia sosiologi manusia dengan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal,maksudnya walaupun keduanya berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang butuh,ketika manusia menciptakan kebudayaan,dan kebudayaan itu tercipta oleh manusia.
 Contoh-Contoh Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan        
1)      Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2)      Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
·      Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
·      Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
·      Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
  1. Skema kebudayaan
B.     Pola – pola keberbudayaan  dan kedudukan dalam pengembangan ilmu
Teknologi yang berkembang saat ini sangat pesat dan mempunyai dua pandangan yaitu positif dan negatif, memang diantara hubungannya dengan teknologi modern dengan beberapa kebudayaan kita saling berkaitan apalagi dengan kebudayaan dan kebiasaan lama orang indonesia yang mulai tersisihkan dengan adanya teknologi yang semakin modern dan maju misalnya berkirim surat dan ajang silaturahmi sekarang masyarakat luas memanfaatkan aplikasi seperti E-Mail (surat elektronik) dan Aplikasi Facebook atau beberapa jejaring sosial lainnya. sebenarnya ada banyak hal-hal positif untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat dengan teknologi komputer, pekerjaan yang cukup berat menjadi ringan dengan adanya bantuan komputer ataupun internet seperti contoh yang tadi dan berbagai macam teknologi. Sekarang teknologi bukan lagi kebutuhan Tersier (barang mewah) namun sudah menjadi kebutuhan primer yang sangat diperlukan dalam rangka memnuhi kebutuhan zaman dan kelengkapan standar bagi para profesional.
Pembahasan tentang ‘science’dan teknologi tak akan lengkap bila tak ditinjau keterkaitannya dengan budaya. Untuk tujuan tersebut terlebih dahulu akan dikemukakan suatu cara pandang tentang apa yang dimaksud dengan budaya. Cara pandang yang digunakan dalam pembahasan ini adalah bahwa, budaya suatu masyarakat merupakan himpunan informasi yang menjadi milik semua anggota masyarakat yang menganut budaya tersebut, dan menjadi rujukan di dalam segala tindakan dan pola laku anggota masyarakatnya, dan karenanya merupakan himpunan informasi yang keterjangkauannya merata bagi semua anggota masyarakat tersebut.
Ilmu atau pengetahuan merupakan himpunan informasi yang terbentuk dalam upaya manusia untuk mengetahui alam lingkungan dan tatanan kehidupannya, maupun di dalam upaya untuk menciptakan sistem-sistem yang dibutuhkannya. Bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau pengetahuan yang bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran dan penjelasan tentang sistem-sistem yang ada, baik sistem-sistem fisik alamiah maupun sistem-sistem sosial, dikategorikan sebagai ‘science’. Bila arah perhatian tertuju kepada sistem fisik alamiah maka disebut natural sciences dan bila arah perhatian tertuju kepada sistem social disebut social sciences. Bagian dari himpunan informasi tentang ilmu atau pengetahuan yang bersifat preskriptif, yaitu memberikan petunjuk atau resep tentang bagaimana membentuk, atau menciptakan, ataupun tentang bagaimana cara mengoperasikan suatu sistem, disebut teknologi.
Telah dikemukakan terdahulu bahwa ilmu atau pengetahuan yang tergolong sebagai science terkait erat dengan upaya untuk memahami struktur fenomena yang dijumpai dalam kehidupan. Upaya semacam itu tentunya dilakukan oleh sesuatu masyarakat bila di dalam tatanan nilai budayanya upaya untuk memahami struktur fenomena yang dijumpai dalam kehidupan dipandang penting dan karenanya merupakan upaya yang berharga ataupun dihargai.
Di dalam proses untuk memahami sesuatu fenomena, serentetan pertanyaan dimunculkan, dan jawaban-jawaban disusun. Setiap jawaban ditelaah, dan karenanya diuji kebenaran dan keabsahannya; artinya dipertanyakan terlebih dahulu kebenaran dan keabsahannya sebelum diakui sebagai jawaban yang tepat. Proses memahami yang digambarkan tersebut menuntut adanya tata-nilai yang menghargai keterbukaan dalam merumuskan pendapat dan mempertanyakan atau menguji keabsahan suatu pendapat. Suatu masyarakat yang menganut tata-nilai budaya semacam itu berpotensi untuk memperkaya khazanah informasi budayanya dengan informasi yang mempertajam dan memperdalam tingkat pemahaman masyarakatnya akan fenomena-fenomena yang dijumpai dalam kehidupannya. Dengan pernyataan lain, masyarakat dengan tata-nilai budaya yang digambarkan tersebut mampu menyuburkan pertumbuhan pengetahuan ilmiah. Uraian tersebut menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara tata-nilai budaya suatu masyarakat dengan kemampuannya di dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah.
Bila dalam budaya masyarakat dijumpai informasi yang mengarahkan masyarakat tersebut untuk lebih intensif di dalam mengupayakan kejelasan fenomena-fenomena yang dilihat atau dialami atau dirasakan, maka intensitas upaya semacam itu di dalam kehidupan masyarakat tersebut akan tinggi, dan budayanya akan diperkaya dengan informasi ilmiah, dan hal ini akan terungkapkan pada pola laku masyarakatnya. Bila intensitas pengupayaan untuk menghasilkan penjelasan dari fenomena-fenomena yang dijumpai makin tinggi, maka masyarakat tersebut makin tinggi tingkat budaya ilmiahnya. Dengan perkataan lain, kadar informasi ilmiah di dalam himpunan informasi yang menjadi budayanya makin tinggi.
C.    Peran ilmu terhadap pengembangan kebudayaan
Keadaan masyarakat kita sekarang masih jauh dari tahap masyarakat yang berorientasi pada ilmu. Bahkan dalam masyarakat yang telah terdidik pun ilmu masih merupakan koleksi teori-teori yang bersifat akademik yang sama sekali tidak fungsional  dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, perlunya meningkatkan peranan dan kegiatan  keilmuan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran dibawah ini:
Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
1)   Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran.
2)   Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
3)   Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Makin pandai seseorang dalam bidang keilmuan dianggap harus makin luhur landasan moralnya.
4)   Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
Kegiatan ilmiah harus bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Berdasarkan hal tersebut, pengkajian pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurun dewasa ini yang dikenal sebagai kurun ilmu dan teknologi, kebudayaan kita pun tak terlepas dari pengaruhnya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Oleh karena itu, pengkajian akan difokuskan pada usaha untuk meningkatkan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional. Dalam hal ini, akan dikaji hakikat dan nilai-nilai yang dikandungnya serta pengaruhnya terhadap pengembangan kebudayaan nasional.
Kebudayaan Indonesia pada hakekatnya adalah satu. Walaupun Indonesia memiliki perbedaan perbedaan budaya, tradisi, adat istiadat dan kebiasaan. Tetapi, dengan tujuan dan semangat kebangasaan budaya Indonesia yang beragam tetap utuh dan satu dalam perbedaaan tersebut.  Pada  dasarnya corak ragam kebudayaan yang ada menggambarkan kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya. Hasil-hasil dari pengembangan budaya tersebut dapat dinikmati oleh seluruh bangsa. Oleh karena itu, pentingnya pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional. Pentingnya dilakukan penggalian dan pemupukan kebudayaan daerah sebagai unsur penting yang memperkaya dan memberi corak kepada kebudayaan nasional. Tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan dan kebanggaan serta kemanfaatan nasional juga dibina dan dipelihara untuk dapat diwariskan kepada generasi muda. Pembinaan kebudayaan nasional harus sesuai dengan norma-norma Pancasila. Di samping itu harus dicegah timbulnya nilai-nilai sosial budaya yang bersifat feodal dan untuk menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif. Di lain pihak cukup memberikan kemannpuan masyarakat untuk menyerap nilai-nilai  dari luar  yang positif dan yang memang diperlukan bagi  pembaharuan dalam  proses  pembangunan,  selama  tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa Anonim.



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan kepercayan.
Pengembangan kebudayaan nasional kita ditujukan ke arah terwujudnya suatu peradaban yang mencerminkan apresiasi dan cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan dasar bagi pengembangan peradaban tersebut. Nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat merupakan kriteria penentuan perkembangan suatu kebudayaan. Kebudayaan pula pada dasarnya dipengaruhi oleh ilmu dan perkembangan ilmu pula dipengaruhi kebudayaan. Komponen kedua hal ini saling memperngaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, dibutuhkan pula media pendidikan sebagai suatu usaha untuk mempelajari ilmu dan kebudayaan sebagai unsur pendukung lainya untuk membentuk karakter bangsa.
B.       Saran.
Dunia pendidikan harus memposisikan diri sebagai agen perubahan (agent of changes). Pemahaman monokultur harus diarahkan pada multikultur (bdk. Maliki, 2010:252). Harus disadari bahwa kehidupan itu majemuk dan semakin majemuk, namun paradigma pendidikan belum berubah ke arah itu. Pendidikan di Indonesia masih mengacu pada budaya, kehendak, keinginan tunggal. Kedua, pendidikan harus memposisikan diri sebagai pelaku transformasi besar-besaran. Pendidikan yang hanya diperuntukkan mencerdaskan otak harus ditransformasikan ke dalam perspektif yang holistik yakni mencerdaskan perilaku secara keseluruhan. Ketiga, pendidikan harus mampu mengkonstruk identitas budaya bagi manusianya. Budaya kita adalah budaya plural.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Soerjono Soekanto.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
    Ensiklopedi Indonesia, www.id.wikipedia.org 6 Januari 2011 22:45 
  2. Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator kesejahteraan Rakyat. Jakarta.
  3. Bainar, Hajjah dkk. 2006. Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar. Jakarta: Jenki Satria.
  4. Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.
  5. Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
  6. Surajiyo. 2009. “Hubungan dan Peranan Ilmu terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional”. 
  7. Susanto.  2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment